Riuh melingkupi ruangan serbaguna ini. Raut tak dikenal berlalu lalang. Aku menoleh, menatap dalam binar sepasang bola mata itu. Sepertinya kau sama saja dengan yang lain. Tidak. Saat kita benar-benar memasuki ruangan yang sama. Atau aku yang sedang menipu diriku sendiri?
Aku tergesa-gesa menaiki tangga. Dugaanku tak salah. Aku menghela napas. Kupelankan langkah demi langkah. Ah, ya, kebiasaan baru yang buruk yang—sialnya—tetap kulakukan hingga tahun terakhir.
"Gapapa lo duduk disini aja," seraya menepuk bangku yang kosong, lalu memindahkan jaket yang tersampir disebelahnya.
"Eh? Ba—baiklah.." lantas diam-diam aku tersenyum. Dan yang kentara adalah pipi merahku yang makin merona.
Sesuatu yang tak pernah kurasa lagi, muncul kembali. Hal selintas yang menyenangkan. Kala kau menatap penuh makna pun tersenyum penuh arti.
Satu bulan. Sebelum kau dan aku dipisahkan walau sekadar pembatas ruang. Sekali lagi. Kulihat kau meliuk-liuk di lapangan lantas memasukkan bola besar yang ada di tangan.
Aku. Memandangmu.
..dari jauh.
No comments:
Post a Comment