Denting jarum arloji berdetak perlahan, menunjuk angka dua belas. Rembulan bercahaya menyelimuti heningnya gelita. Sayup-sayup kudengar lirihannya. Rupanya ia terjaga di kala lelap malam. Lantas isak makin menyeruak dalam telinga. Jiwanya yang terbelenggu perlahan direnggut waktu. Hingga perih tak lagi bersuara. Belulang letih ia biarkan, gemuruh luka ia redamkan. Menambal tiris langit dengan senyuman.
Lantas Tuhan dan semesta tersenyum mendengar tiap doa-doanya di suluh subuh. Oleh-Nya digantikan dengan beribu-ribu kebaikan.
No comments:
Post a Comment