Saturday, May 25, 2019

Sedang Aku, Membisu

       Sesederhana  saat berada di sudut ruang dekat jendela, desiran angin pun rona jingga yang mulai merangkum langit, Bandung akhir-akhir ini rasanya sedang dingin. Satu cangkir coklat panas nampak mengepul, menyerbakkan bau khasnya. Aku mulai menyesapi. Ah, rasanya sedikit tenang untuk jiwa yang sedari tadi berkeliaran.

     Memang tak seberapa, namun membiarkannya luruh dalam lubang sama halnya dengan luka.

   Tak sengaja mengirim ucapan untuk selanjutnya menemukan kehangatan. Lambat laun mulai menjalar. Ingin tahu. Ingin merasa. Tanpa sadar aku terbuai. Hal kecil yang dirasa bermakna, nampak tak berarti. Benar. Hatimu jauh telah diisi. Cukup. Aku tak mau terlalu jauh lantas dengan mudah terjatuh dalam lubang yang menganga. Mencoba menyirna semua ketidaksengajaan yang terlanjur terjadi. Hei, ini tak semudah yang dipikir. Aku tak berhasil menampik rasa yang telah menjalar. Benar-benar terbuai. Ilusi indah yang memenuhi bayangan terus menari-nari.

    Seolah purnama mendengar keluh yang dirasa. Menyambung  penasaran yang begitu membuncah. Aku mulai berdamai. Mulai menerima. Mulai memberanikan. Aku telah terlalu jauh dalam lubang yang semakin sulit untuk kuraih jalan keluarnya. Selangkah lagi pada titik harapan, aku lagi-lagi terbuai. Melupakan sekitar, mementingkan ilusi yang belum jelas kebenarannya. Lantas aku terjebak dalam keadaan. Aku mengalah. Mengorbankan rasa yang telah memuncak.

"Salahkah jika membisu untuk membenarkan rasa-rasa yang tak sempat berujar?"

       Tegukan terakhir. Coklat hangat yang menenangkan. Tak terasa mentari pun tenggelam. Semoga sama tenggelamnya dengan apa-apa yang dirasa.

Ada Banyak Hal yang Terjadi

   Waktu tak terasa berjalan begitu cepat, banyak hal yang tak pernah dibayangkan sebelumnya terjadi begitu saja. Namun, Tuhan, hingga detik...